Sabtu, 15 Juni 2013

Contoh Laporan KKL 1 Geografi USk



BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Potensi adalah sumber daya yang dimiliki dan dapat digunakan serta dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Potensi yang dimiliki oleh suatu wilayah akan memengaruhi perkembangan wilayah tersebut. Potensi suatu wilayah dapat mencakup potensi fisik dan non fisik. Potensi fisik seperti, tanah, air, iklim, flora dan fauna. Potensi non fisik seperti, masyarakat desa, lembaga-lembaga desa, dan aparatur desa.
Potensi yang terdapat di Lhok Nga, Lhok Seudu, dan Lamno ini ada kaitannya dengan perkembangan desa dan kota. Potensi dasar suatu desa Lhok Nga, Lhok Seudu, dan Lamno merupakan modal dasar dari desa yang bersangkutan dalam melaksanakan pembangunan. Potensi-potensi desa ini meliputi hal-hal sebagai berikut.
1.      Unsur Lokasi Geografis
Desa merupakan wilayah yang berada di kaki-kaki gunung, di pedalaman, ataupun di pinggir-pinggir pantai yang jauh dari kesibukan kehidupan manusia. Cuacanya yang segar dan airnya yang melimpah merupakan suatu potensi bagi pengembangan pertanian.
2.      Unsur Keadaan dan Kekayaan Alam
Sebagian besar lahan pedesaan Lhok Nga, Lhok Seudu, dan Lamno dimanfaatkan sebagai daerah pertanian, seperti persawahan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan sebagainya. Produksi pertanian selain dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, juga dipasarkan ke kota. Dengan demikian, desa merupakan sumber pangan bagi masyarakat kota.
3.      Unsur Ekonomi
Tidak sedikit desa di Aceh yang telah mampu mengembangkan potensi daerahnya secara optimal, yang ditandai dengan kemampuan masyarakatnya dalam mengadakan relasi dan interaksi dengan masyarakat luar, melakukan tukar-menukar barang dengan wilayah lain, serta kemampuan masyarakatnya untuk saling memengaruhi dengan penduduk yang ada di daerah lain. Bila keadaan ekonomi desa sudah demikian, maka masyarakat dapat dijadikan sebagai mitra kerja bagi masyarakat perkotaan, misalnya dalam hal penyediaan bahan baku, permodalan, ataupun pemasaran barang-barang produksi.
1.2    Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang di uraiakan dalam makalah ini adalah
1.      Potensi apa saja yang terdapat di Lhok Nga,
2.      Potensi apa saja yang terdapat di Lhok Seudu,
3.      Potensi apa saja yang terdapat di Lamno.
1.3    Tujuan
Adapun tujuan yang di uraiakan dalam makalah ini adalah
1.      mendiskirpsikan potensi yang terdapat di Lhok Nga,
2.      mendiskirpsikan potensi yang terdapat di Lhok Seudu,
3.      mendiskirpsikan potensi yang terdapat di Lamno.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Lhok Nga
Text Box:  
Gambar: Peta yang Menunjukkan Keberadaan Lhok Nga
Lhoknga adalah sebuah kota di kecamatan Aceh Besar, Aceh, Indonesia, terletak di sisi barat pulau Sumatera,  13 km sebelah barat daya Banda Aceh. Daerah ini benar-benar rata dan dihancurkan oleh Tsunami pada tahun 2004, di mana penduduknya menyusut dari 7.500-400 orang.
Kecamatan Lhoknga memiliki 4 mukim yang terdiri atas 28 gampong/desa; dengan total jumlah penduduk 18.326 jiwa (data penduduk tahun 2009: kantor Camat Lhok Nga). Ada beberapa hal yang cukup menarik dari Lhoknga seperti dialek masyarakatnya di mana antar mukim memiliki dialek yang berbeda-beda dan itu bisa kita jumpai langsung secara personal.
Pasca gempa dan Tsunami 2004 Lhok Nga telah melewati banyak tahapan dalam proses menuju perbaikan, baik secara infra struktur maupun pola pikir yang kian kritis, ini secara tidak langsung dipengaruhi oleh banyaknya warga asing yang datang ketika masa rekontruksi dan rehabilitasi. Begitu menjamurnya Lembaga Swadaya Masyarakat yang ada juga telah memberi kontribusi bagi pencerahan pola fikir masyarakat untuk bisa bangkit dari keterpurukan kondisi.
Lhok Nga kini telah bangkit dan terus membenahi diri dari ketertinggalan. Kegiatan gampong ikut bangkit, penguatan lembaga adat juga tak tertinggal, dan sisi ekonomi pun tampak menggeliat, seperti pasar Lhok Nga yang megah telah di bangun di lokasi sebelumnya.
Pembenahan lokasi wisata juga terlihat dengan banyaknya pengunjung yang datang pada lokasi wisata, seperti; Pantai Lampuuk, Pantai Babah Kuala, dan Pantai Lhoknga. Bahkan turis manca negara juga semakin membludak sehingga banyak memberi dampak bagi masyarakat lokal. Ini dapat kita lihat dengan adanya beberapa wisma dan homestay yang berada di mukim Lhoknga dan Lampuuk seperti; Wisma Andalas, Joel Begalow, Darlian Homestay, Mitabu Homestay, Edy Homestay, Mami Diana Homestay, dan Yudi Homestay. Mukim Lhok Nga memang memiliki potensi wisata yang cukup menarik. Di sisi lain, Lhok Nga juga memiliki pabrik semen yang berada kurang lebih 50 m dari pantai Lhok Nga. Dulu pabrik semen ini bernama PT. SAI (Semen Andalas Indonesia), tetapi dua tahun yang lalu nama pabrik semen ini sudah diganti dengan nama                PT. LCI (Lafarge Cement Indonesia). Ini menunjukkan bahwa potensi Lhok Nga bukan hanya pada pantainya saja, tetapi juga pada gunungnya yang berada di Lhok Nga yang merupakan bahan baku atau bahan dasar untuk pembuatan semen. 
2.1.1        Potensi Tanah
Tanah yang terdapat di daerah Lhok Nga ini merupakan tanah pasir. Tanah ini berasal dari batuan pasir yang telah lapuk. Sifatnya sangat miskin hara, daya menahan air sangat kurang, dan mudah tererosi. Tumbuhan yang cocok untuk di tanam di tanah ini yaitu tanaman naga. Sekarang, tanaman ini sedang dikembangkan oleh masyarakat Lhok Nga. Hasil dari tanaman naga ini, yaitu buahnya yang dijual untuk menambah pendapatan masyarakat Lhok Nga di luar sektor pariwisata alamnya.
 



Gambar: Tanah di Kecamatan Lhok Nga
2.2.2        Potensi Wisata Alam
Potensi wisata alam yang terdapat di Kecamatan Lhok Nga, antara lain:
·         Pantai Lhok Nga,




·         Pantai Lampuuk,




·         Pantai Babah Kuala.





2.2  Lhok Seudu
Text Box:  
Gambar: Lhok Seudu
Lhok seudu merupakan suatu daerah yang dekat dengan Kota Banda Aceh ke arah barat yang jaraknya kira-kira 30 km. Nama lain dari Lhok Seudu adalah Teluk Seudu. Lhok Seudu merupakan sebuah teluk di Aceh, Sumatera, Indonesia. Tempat-tempat terdekat ke Lhok Seudu yaitu Layeun, Ujong Seudu, Seudu (2 km sebelah selatan), Ujong Tring (2 km sebelah barat daya), dan Ujong Pulot (2 km sebelah utara). Lhok Seude menyimpan potensi alam untuk wisata, khususnya untuk wisata memancing. Panorama alam kaki gunung Kulu dan pantai yang indah (pasir putih) yang bentuknya seperti danau kecil yang tak dalam di antara dua pulau sehingga sangat cocok untuk memancing. Untuk saat sekarang, Lhok Seudu belum dikelola secara profesional, hanya warga desa yang menyediakan perahu sewaan untuk memancing yang harganya cuma 30 ribu rupiah per hari.
Struktur ruang desa Lhok Seudu yaitu bentuk pedesaan memusat. Bentuk ini terjadi karena pemukiman masyarakatnya terletak di kaki gunung Kulu. Mata pencaharian masyarakat Lhok Seudu yaitu nelayan. Pada umumnya masyarakat di daerah ini berprofesi sebagai nelayan, ini di karenakan tempat pemukiman masyarakat Lhok Seudu terletak di pinggir laut. Desa ini tergolong ke dalam desa nelayan. Masyarakat Lhok Seudu tidak hanya menangkap ikan di laut, tetapi masyarakat ini juga membudidayakan ikan, seperti ikan kerapu. Ini merupakan salah satu upaya yang bagus untuk menambah pendapatan masyarakatnya dari membudidayakan ikan kerapu ini. Kemampuan menangkap ikan nelayan Lhok Seudu belum optimal. Perahu yang sederhana membuat kemampuan melaut paling jauh sekitar 10 mil laut. Alat tangkap ikan pun masih sederhana, hanya mampu menangkap ikan ukuran kecil seperti ikan kembung, kakap, atau tongkol. Keterbatasan lain dalam memanfaatkan sektor perikanan laut masih harus dihadapi oleh para nelayan. Keterbatasan itu antara lain ketiadaan tempat pelelangan ikan (TPI) yang lengkap dengan fasilitasnya, ketiadaan tempat pendingin (cold storage), dan pelabuhan ekspor untuk memasarkan langsung hasil-hasil laut. Ikan yang diperoleh dari laut tidak hanya dijual dalam kondisi yang masih segar, tetapi sebagian besar ikan ini diolah terlebih dahulu menjadi ikan asin. Tujuannya agar ikan ini awet dan tahan lama, sehingga ikan yang diasinkan ini dapat bertahan bermingu-minggu. Setelah proses pengasinannya selesai, ikan ini dijual dengan harga terjangkau serta rasanya yang berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia.








 










Gambar: Perahu dan Tempat Penjualan Ikan Asin di Lhok Seudu


2.3  Lamno

Text Box:  
Gambar: Peta Aceh Jaya
Lamno adalah ibukota kecamatan Jaya yang merupakan kabupaten dari Aceh Jaya. Di kecamatan Jaya terdapat 48 desa/kelurahan. Lamno salah satu desa dari kecamatan Jaya. desa ini sangat indah dan makmur. Menurut cerita masyarakat sekitar, penduduk desa ini memiliki keturunan dari Portugis. Hal ini terlihat banyaknya masyarakat yang bermata biru.
Lamno merupakan Kabupaten dari  Aceh Jaya yang terletak pada koordinat geografis 040 22’– 050 16’ LU dan 950 02’ – 630 03’ BT. Tata kehidupan di Lamno berkaitan erat dengan adat istiadat setempat, norma-norma yang berlaku di desa tersebut, pengaturan sistem pergaulan warga masyarakat, dan pola-pola budaya yang ada di Lamno tersebut. Potensi yang ada di Lamno berupa potensi fisik dan potensi non fisik. Potensi fisiknya meliputi manusia, air, iklim dan angin, serta tanah, sedangkan potensi non fisik yang ada di Lamno meliputi pemerintahan desa, aparatur desa, lembaga sosial, lembaga pendidikan, dan masyarakat desa.
2.3.1        Kondisi Geografis
Lamno merupakan wilayah pesisir Barat pantai Sumatera dengan panjang garis pantai lebih kurang 160 kilometer. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 318,5 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata 19 hari. Suhu udara dan kelembapan udara sepanjang tahun tidak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara minimum rata-rata berkisar antara 21,0 - 23,2 °C dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar antara 29,9 -31,4 °C.
2.3.2        Potensi Tanah
Lamno diberkahi tanah yang subur, ini dapat dibuktikan dengan adanya masyarakat Lamno yang bercocok tanam untuk budidaya berbagai jenis komoditi pertanian, baik jenis tanaman pangan, seperti; padi, palawija, buah-buahan, dan sayur-sayuran, maupun jenis tanaman perkebunan, seperti; karet, kelapa sawit, dan kelapa. Di samping itu, lahan yang tersedia untuk budidaya pertanian masih cukup luas. Untuk perikanan laut juga menjadi andalan daerah ini karena Lamno berbatasan langsung dengan samudera Indonesia. Namun, setelah terjadinya bencana gempa dan gelombang tsunami, sebagian besar komoditi pertanian mengalami penurunan produksi pada tahun 2005. Hal ini disebabkan oleh rusaknya areal budidaya berbagai komoditi tanaman pertanian oleh gelombang tsunami. Seperti tanaman kelapa yang dibudidayakan di sepanjang pantai wilayah ini, mulai dari Teunom sampai kecamatan Jaya, hancur oleh gelombang tsunami. Penurunan produksi tanaman pertanian juga disebabkan lumpuhnya kota Calang sebagai sentral penyediaan sarana produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan, dan peralatan pertanian lainnya.


 





Gambar: Areal Pertanian Padi di Lamno

3            Potensi Wisata Budaya

Wisata budaya yang ada di Lamno adalah
·         Rapai Dabus
·         Rateb Meusekat
·         Seumeuleng
4            Potensi Wisata Sejarah
Wisata sejarah yang ada di Lamno adalah
·         Pulau Raya
Pulau ini dulunya adalah sebuah pulau tempat benteng pertahanan pada masa penjajahan Belanda dan kini menjadi objek wisata sejarah karena ada peninggalan kuburan tentara yang gugur di sini.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIWQQR9EmpTE-wCsZgfoEByvoYzXK0UKZGHaFcCuCgvS2kNYSzt3he98HYKVNvO0CjtflCYTzrHoPEprSuNMK5uaDrdxHEGz4sGAc6CjuBAHZR82DIy7qejxqZOB5y6t2T7vslxMAqoZQy/s320/854977180_1922008_172958.JPG 






Gambar: Pulau Raya di Lamno
·         Kuburan Po Teumeurehom Daya
Po Teumeurehom Daya (Sultan Alaiddin Riatsyah) adalah keturunan raja-raja Aceh yang terkenal pada abad 17. Pada setiap Hari Raya Idul Adha, di makam ini diadakan upacara "Seumeuleng" yaitu suatu upacara untuk memperingati Sultan Alaiddin Riatsyah                              (Po Teumeurehom Daya) yang dilaksanakan oleh keturunan-keturunan beliau sampai sekarang. Seluruh masyarakat, baik dari dalam maupun luar kecamatan Jaya datang untuk menyaksikan upacara Seumuleueng itu, karena cukup unik dan tidak ada di daerah lain.
5            Potensi Wisata Alam
·         Text Box:  
Gambar: Pulau Raya
Pulau Raya
Selain dengan wisata sejarahnya, Pulau Raya juga menjadi objek wisata memancing. Di sebelah utaranya terdapat terumbu karang yang menjadi daya tarik bagi wisatawan yang gemar snorkling dan diving.
·         Puncak Geuretee
kaki gunung geureteeGunung Geuretee ini merupakan tempat yang dijadikan untuk perbatasan Aceh Besar dengan Aceh Jaya. Perbatasannya yaitu terletak pada kaki gunung Geuretee yang berada di Taman Persahabatan. Jadi, gunung Geuretee ini milik masyarakat Aceh Jaya. Gunung ini juga dijadikan sebagai tempat wisata alam oleh masyarakat Aceh Jaya, terutama masyarakat Lamno untuk menambah pengahasilan masyarakat Lamno. Ternyata wisata alam ini mampu menarik wisataman Indonesia, baik wisatawan lokal maupun wisatawan luar Aceh. Gunung Geuretee ini menawarkan panorama alamnya yang begitu indah. Bila kita berada di puncak gunung Geuretee atau di jalan gunung Geuretee, kita akan melihat Samudera Hindia dan pulau-pulau kecil yang terdapat di Samudera Hindia yang letaknya tidak jauh dari gunung Geuretee. Pemandangan inilah yang ditawarkan oleh gunung Geuretee untuk menarik wisatawan.





Gambar: Kaki Gunung Geuretee
BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Lhok Nga, Lhok Seudu, dan Lamno merupakan daerah yang banyak terdapat potensi. Potensi yang terdapat di Lhok Nga, seperti; potensi tanah dan potensi wisata alam. Potensi yang terdapat di Lhok Seudu, seperti; potensi wisata alam. Sedangkan potensi yang terdapat di Lamno ini, seperti; potensi tanah, potensi wisata budaya, potensi wisata sejarah, dan potensi wisata alam. Potensi-potensi yang ada di ketiga desa ini dapat dikembangkan untuk memajukan pedesaan mereka.
3.2    Saran
Ketiga desa ini masih mempunyai berbagai kendala dalam mengembangkan desa mereka. Kendala-kendala ketiga desa ini, seperti; sarana-prasarana (infrastruktur) yang masih kurang, hasil produksi pertanian masih rendah, pemasaran ke kota masih kurang, dan pengembangan potensi-potensi ini masih terbatas. Hal ini disebabkan sumber daya manusia (SDA) Lhok Nga, Lhok Seudu, dan Lamno masih belum berkembang. Padahal seperti yang telah penulis diskripsikan di atas, desa-desa ini mempunyai potensi yang sangat mendukung untuk perkembangan desanya.


LAMPIRAN






 
















jalan lhok seudu
 


 

DAFTAR PUSTAKA
Nuansa Geografi 3: untuk SMA/MA Kelas XII/penulis, Saptanti Rahayu, Eny Wiji Lestari, Maryadi; editor, Sri Milangsih. — Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Geografi 1: Kelas X SMA dan MA/penulis, Iskandar; editor, Daris Efendi; illustrator, Rochman Suryana. - Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Geografi: Untuk Kelas XII SMA/MA/Penulis Ani Anjayani, Tri Haryanto; Editor H. A. Sudibyakto, Sutikno; Ilustrator Suhardi dkk-Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Geografi 3 : untuk SMA dan MA Kelas XII / disusun, Nurmala Dewi; editor, Sugeng Setyono.— Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
"Perpres No. 6 Tahun 2011". 17 Februari 2011. Diakses pada 23 Mei 2011.