BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Potensi adalah sumber daya yang dimiliki
dan dapat digunakan serta dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Potensi yang dimiliki oleh suatu wilayah akan memengaruhi
perkembangan wilayah tersebut. Potensi suatu wilayah dapat mencakup potensi
fisik dan non fisik. Potensi fisik seperti, tanah, air, iklim, flora dan fauna.
Potensi non fisik seperti, masyarakat desa, lembaga-lembaga desa, dan aparatur
desa.
Potensi yang terdapat di Lhok Nga, Lhok
Seudu, dan Lamno ini ada kaitannya dengan perkembangan desa dan kota. Potensi
dasar suatu desa Lhok Nga, Lhok Seudu, dan Lamno merupakan modal dasar dari
desa yang bersangkutan dalam melaksanakan pembangunan. Potensi-potensi desa ini
meliputi hal-hal sebagai berikut.
1.
Unsur Lokasi Geografis
Desa merupakan wilayah yang berada
di kaki-kaki gunung, di pedalaman, ataupun di pinggir-pinggir pantai yang jauh
dari kesibukan kehidupan manusia. Cuacanya yang segar dan airnya yang melimpah
merupakan suatu potensi bagi pengembangan pertanian.
2.
Unsur Keadaan dan Kekayaan Alam
Sebagian
besar lahan pedesaan Lhok Nga, Lhok Seudu, dan Lamno dimanfaatkan sebagai daerah
pertanian, seperti persawahan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan
sebagainya. Produksi pertanian selain dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari, juga dipasarkan ke kota. Dengan demikian, desa merupakan
sumber pangan bagi masyarakat kota.
3. Unsur Ekonomi
Tidak sedikit desa di Aceh yang telah mampu mengembangkan
potensi daerahnya secara optimal, yang ditandai dengan kemampuan masyarakatnya
dalam mengadakan relasi dan interaksi dengan masyarakat luar, melakukan
tukar-menukar barang dengan wilayah lain, serta kemampuan masyarakatnya untuk
saling memengaruhi dengan penduduk yang ada di daerah lain. Bila keadaan
ekonomi desa sudah demikian, maka masyarakat dapat dijadikan sebagai mitra
kerja bagi masyarakat perkotaan, misalnya dalam hal penyediaan bahan baku, permodalan,
ataupun pemasaran barang-barang produksi.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah
yang di uraiakan dalam makalah ini adalah
1.
Potensi apa saja yang terdapat
di Lhok Nga,
2.
Potensi apa saja yang terdapat
di Lhok Seudu,
3.
Potensi apa saja yang terdapat
di Lamno.
1.3
Tujuan
Adapun tujuan yang di
uraiakan dalam makalah ini adalah
1.
mendiskirpsikan potensi yang
terdapat di Lhok Nga,
2.
mendiskirpsikan potensi yang
terdapat di Lhok Seudu,
3.
mendiskirpsikan potensi yang
terdapat di Lamno.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Lhok
Nga
Lhoknga
adalah sebuah kota di kecamatan Aceh Besar, Aceh, Indonesia, terletak di sisi barat pulau Sumatera, 13 km
sebelah barat daya Banda Aceh. Daerah
ini benar-benar rata dan dihancurkan oleh Tsunami pada
tahun 2004, di mana penduduknya menyusut dari 7.500-400
orang.
Kecamatan
Lhoknga memiliki 4 mukim yang terdiri atas 28 gampong/desa; dengan total jumlah
penduduk 18.326 jiwa (data penduduk tahun 2009: kantor Camat Lhok Nga). Ada
beberapa hal yang cukup menarik dari Lhoknga seperti dialek masyarakatnya di mana
antar mukim memiliki dialek yang berbeda-beda dan itu bisa kita jumpai langsung
secara personal.
Pasca gempa dan
Tsunami 2004 Lhok Nga telah melewati banyak tahapan dalam proses menuju
perbaikan, baik secara infra struktur maupun pola pikir yang kian kritis, ini secara
tidak langsung dipengaruhi oleh banyaknya warga asing yang datang ketika masa
rekontruksi dan rehabilitasi. Begitu menjamurnya Lembaga Swadaya Masyarakat
yang ada juga telah memberi kontribusi bagi pencerahan pola fikir masyarakat
untuk bisa bangkit dari keterpurukan kondisi.
Lhok Nga kini telah bangkit dan terus membenahi diri dari ketertinggalan. Kegiatan gampong ikut bangkit, penguatan lembaga adat juga tak tertinggal, dan sisi ekonomi pun tampak menggeliat, seperti pasar Lhok Nga yang megah telah di bangun di lokasi sebelumnya.
Lhok Nga kini telah bangkit dan terus membenahi diri dari ketertinggalan. Kegiatan gampong ikut bangkit, penguatan lembaga adat juga tak tertinggal, dan sisi ekonomi pun tampak menggeliat, seperti pasar Lhok Nga yang megah telah di bangun di lokasi sebelumnya.
Pembenahan lokasi
wisata juga terlihat dengan banyaknya pengunjung yang datang pada lokasi wisata,
seperti; Pantai Lampuuk, Pantai Babah Kuala, dan Pantai Lhoknga. Bahkan turis
manca negara juga semakin membludak sehingga banyak memberi dampak bagi
masyarakat lokal. Ini dapat kita lihat dengan adanya beberapa wisma dan
homestay yang berada di mukim Lhoknga dan Lampuuk seperti; Wisma Andalas, Joel
Begalow, Darlian Homestay, Mitabu Homestay, Edy Homestay, Mami Diana Homestay,
dan Yudi Homestay. Mukim Lhok Nga memang memiliki potensi wisata yang cukup
menarik. Di sisi lain, Lhok Nga juga memiliki pabrik semen yang berada kurang
lebih 50 m dari pantai Lhok Nga. Dulu pabrik semen ini bernama PT. SAI (Semen
Andalas Indonesia), tetapi dua tahun yang lalu nama pabrik semen ini sudah
diganti dengan nama PT.
LCI (Lafarge Cement Indonesia). Ini menunjukkan bahwa potensi Lhok Nga bukan
hanya pada pantainya saja, tetapi juga pada gunungnya yang berada di Lhok Nga
yang merupakan bahan baku atau bahan dasar untuk pembuatan semen.
2.1.1
Potensi
Tanah
Tanah yang terdapat di daerah Lhok Nga
ini merupakan tanah pasir. Tanah ini berasal dari batuan pasir yang telah
lapuk. Sifatnya sangat miskin hara, daya menahan air sangat kurang, dan mudah
tererosi. Tumbuhan yang cocok untuk di tanam di tanah ini yaitu tanaman naga.
Sekarang, tanaman ini sedang dikembangkan oleh masyarakat Lhok Nga. Hasil dari
tanaman naga ini, yaitu buahnya yang dijual untuk menambah pendapatan
masyarakat Lhok Nga di luar sektor pariwisata alamnya.
Gambar: Tanah di Kecamatan Lhok Nga
2.2.2
Potensi
Wisata Alam
Potensi wisata
alam yang terdapat di Kecamatan Lhok Nga, antara lain:
·
Pantai Lhok Nga,
·
Pantai Lampuuk,
·
Pantai Babah
Kuala.
2.2 Lhok Seudu
Lhok seudu merupakan suatu daerah yang dekat dengan Kota
Banda Aceh ke arah barat yang jaraknya kira-kira 30 km. Nama lain dari Lhok
Seudu adalah Teluk Seudu. Lhok Seudu merupakan sebuah teluk di Aceh, Sumatera, Indonesia. Tempat-tempat terdekat ke Lhok Seudu yaitu Layeun, Ujong Seudu, Seudu (2 km sebelah selatan), Ujong Tring (2 km sebelah barat daya), dan Ujong Pulot (2 km sebelah utara). Lhok
Seude
menyimpan potensi alam untuk wisata, khususnya untuk wisata memancing. Panorama
alam kaki gunung Kulu dan pantai yang indah (pasir putih) yang bentuknya
seperti danau kecil yang tak dalam di antara dua pulau sehingga sangat cocok
untuk memancing. Untuk saat sekarang, Lhok Seudu belum dikelola secara
profesional, hanya warga desa yang menyediakan perahu sewaan untuk memancing
yang harganya cuma 30 ribu rupiah per hari.
Struktur ruang desa Lhok Seudu yaitu bentuk pedesaan
memusat. Bentuk ini terjadi karena pemukiman masyarakatnya terletak di kaki
gunung Kulu. Mata pencaharian masyarakat Lhok Seudu yaitu nelayan. Pada umumnya
masyarakat di daerah ini berprofesi sebagai nelayan, ini di karenakan tempat
pemukiman masyarakat Lhok Seudu terletak di pinggir laut. Desa ini tergolong ke
dalam desa nelayan. Masyarakat Lhok Seudu tidak hanya menangkap ikan di laut,
tetapi masyarakat ini juga membudidayakan ikan, seperti ikan kerapu. Ini
merupakan salah satu upaya yang bagus untuk menambah pendapatan masyarakatnya
dari membudidayakan ikan kerapu ini. Kemampuan
menangkap ikan nelayan Lhok Seudu belum optimal. Perahu yang sederhana membuat
kemampuan melaut paling jauh sekitar 10 mil laut. Alat tangkap ikan pun masih
sederhana, hanya mampu menangkap ikan ukuran kecil seperti ikan kembung, kakap,
atau tongkol. Keterbatasan lain dalam memanfaatkan sektor perikanan laut masih
harus dihadapi oleh para nelayan. Keterbatasan itu antara lain ketiadaan tempat
pelelangan ikan (TPI) yang lengkap dengan fasilitasnya, ketiadaan tempat
pendingin (cold storage), dan
pelabuhan ekspor untuk memasarkan langsung hasil-hasil laut. Ikan
yang diperoleh dari laut tidak hanya dijual dalam kondisi yang masih segar,
tetapi sebagian besar ikan ini diolah terlebih dahulu menjadi ikan asin. Tujuannya
agar ikan ini awet dan tahan lama, sehingga ikan yang diasinkan ini dapat
bertahan bermingu-minggu. Setelah proses pengasinannya selesai, ikan ini dijual
dengan harga terjangkau serta rasanya yang berbeda dengan daerah lainnya di
Indonesia.
Gambar: Perahu dan Tempat Penjualan
Ikan Asin di Lhok Seudu
2.3 Lamno
Lamno adalah ibukota kecamatan
Jaya
yang merupakan kabupaten dari Aceh Jaya. Di kecamatan Jaya terdapat 48
desa/kelurahan. Lamno salah satu desa dari kecamatan Jaya. desa ini sangat
indah dan makmur. Menurut cerita masyarakat sekitar, penduduk desa ini memiliki
keturunan dari Portugis. Hal ini terlihat banyaknya masyarakat yang bermata
biru.
Lamno
merupakan Kabupaten dari Aceh Jaya yang
terletak pada koordinat geografis 040 22’– 050 16’ LU dan
950 02’ – 630 03’ BT. Tata kehidupan di Lamno berkaitan
erat dengan adat istiadat setempat, norma-norma yang berlaku di desa tersebut,
pengaturan sistem pergaulan warga masyarakat, dan pola-pola budaya yang ada di
Lamno tersebut. Potensi yang ada di Lamno berupa potensi fisik dan potensi non
fisik. Potensi fisiknya meliputi manusia, air, iklim dan angin, serta tanah,
sedangkan potensi non fisik yang ada di Lamno meliputi pemerintahan desa,
aparatur desa, lembaga sosial, lembaga pendidikan, dan masyarakat desa.
2.3.1
Kondisi
Geografis
Lamno merupakan wilayah
pesisir Barat pantai Sumatera dengan panjang garis pantai lebih kurang 160
kilometer. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 318,5 mm dengan jumlah
hari hujan rata-rata 19 hari. Suhu udara dan kelembapan udara sepanjang tahun
tidak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara minimum rata-rata berkisar antara
21,0 - 23,2 °C dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar antara 29,9
-31,4 °C.
2.3.2
Potensi
Tanah
Lamno diberkahi tanah
yang subur, ini dapat dibuktikan dengan adanya masyarakat Lamno yang bercocok
tanam untuk budidaya berbagai jenis komoditi pertanian, baik jenis tanaman
pangan, seperti; padi, palawija, buah-buahan, dan sayur-sayuran, maupun jenis
tanaman perkebunan, seperti; karet, kelapa sawit, dan kelapa. Di samping itu,
lahan yang tersedia untuk budidaya pertanian masih cukup luas. Untuk perikanan laut
juga menjadi andalan daerah ini karena Lamno berbatasan langsung dengan
samudera Indonesia. Namun, setelah terjadinya bencana gempa dan gelombang
tsunami, sebagian besar komoditi pertanian mengalami penurunan produksi pada
tahun 2005. Hal ini disebabkan oleh rusaknya areal budidaya berbagai komoditi
tanaman pertanian oleh gelombang tsunami. Seperti tanaman kelapa yang
dibudidayakan di sepanjang pantai wilayah ini, mulai dari Teunom sampai
kecamatan Jaya, hancur oleh gelombang tsunami. Penurunan produksi tanaman
pertanian juga disebabkan lumpuhnya kota Calang sebagai sentral penyediaan
sarana produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan, dan peralatan pertanian
lainnya.
Gambar: Areal Pertanian
Padi di Lamno
3 Potensi Wisata Budaya
Wisata budaya yang ada di Lamno
adalah
·
Rapai Dabus
·
Rateb Meusekat
·
Seumeuleng
4
Potensi
Wisata Sejarah
Wisata sejarah yang ada
di Lamno adalah
·
Pulau Raya
Pulau
ini dulunya adalah sebuah pulau tempat benteng pertahanan pada masa penjajahan
Belanda dan kini menjadi objek wisata sejarah karena ada peninggalan kuburan
tentara yang gugur di sini.
Gambar: Pulau Raya di Lamno
·
Kuburan Po Teumeurehom Daya
Po Teumeurehom Daya
(Sultan Alaiddin Riatsyah) adalah keturunan raja-raja Aceh yang terkenal pada
abad 17. Pada setiap Hari Raya Idul Adha, di makam ini diadakan upacara "Seumeuleng" yaitu suatu
upacara untuk memperingati Sultan Alaiddin Riatsyah (Po Teumeurehom
Daya) yang dilaksanakan oleh keturunan-keturunan beliau sampai sekarang.
Seluruh masyarakat, baik dari dalam maupun luar kecamatan Jaya datang untuk
menyaksikan upacara Seumuleueng itu, karena cukup unik dan tidak ada di daerah
lain.
5
Potensi
Wisata Alam
·
Pulau Raya
Selain
dengan wisata sejarahnya, Pulau Raya juga menjadi objek wisata memancing. Di
sebelah utaranya terdapat terumbu karang yang menjadi daya tarik bagi wisatawan
yang gemar snorkling dan diving.
·
Puncak Geuretee
Gunung Geuretee ini merupakan tempat yang dijadikan untuk perbatasan
Aceh Besar dengan Aceh Jaya. Perbatasannya yaitu terletak pada kaki gunung
Geuretee yang berada di Taman Persahabatan. Jadi, gunung Geuretee ini milik
masyarakat Aceh Jaya. Gunung ini juga dijadikan sebagai tempat wisata alam oleh
masyarakat Aceh Jaya, terutama masyarakat Lamno untuk menambah pengahasilan
masyarakat Lamno. Ternyata wisata alam ini mampu menarik wisataman Indonesia,
baik wisatawan lokal maupun wisatawan luar Aceh. Gunung Geuretee ini menawarkan
panorama alamnya yang begitu indah. Bila kita berada di puncak gunung Geuretee
atau di jalan gunung Geuretee, kita akan melihat Samudera Hindia dan
pulau-pulau kecil yang terdapat di Samudera Hindia yang letaknya tidak jauh
dari gunung Geuretee. Pemandangan inilah yang ditawarkan oleh gunung Geuretee
untuk menarik wisatawan.
Gambar: Kaki Gunung Geuretee
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Lhok Nga, Lhok Seudu, dan Lamno merupakan daerah yang banyak
terdapat potensi. Potensi yang terdapat di Lhok Nga, seperti; potensi tanah dan
potensi wisata alam. Potensi yang terdapat di Lhok Seudu, seperti; potensi
wisata alam. Sedangkan potensi yang terdapat di Lamno ini, seperti; potensi tanah,
potensi wisata budaya, potensi wisata sejarah, dan potensi wisata alam. Potensi-potensi
yang ada di ketiga desa ini dapat dikembangkan untuk memajukan pedesaan mereka.
3.2
Saran
Ketiga desa ini masih mempunyai berbagai kendala dalam
mengembangkan desa mereka. Kendala-kendala ketiga desa ini, seperti;
sarana-prasarana (infrastruktur) yang masih kurang, hasil produksi pertanian
masih rendah, pemasaran ke kota masih kurang, dan pengembangan potensi-potensi
ini masih terbatas. Hal ini disebabkan sumber daya manusia (SDA) Lhok Nga, Lhok
Seudu, dan Lamno masih belum berkembang. Padahal seperti yang telah penulis
diskripsikan di atas, desa-desa ini mempunyai potensi yang sangat mendukung
untuk perkembangan desanya.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Nuansa
Geografi 3: untuk SMA/MA Kelas XII/penulis, Saptanti Rahayu, Eny Wiji Lestari,
Maryadi; editor, Sri Milangsih. — Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, 2009.
Geografi 1: Kelas X SMA dan MA/penulis, Iskandar; editor, Daris
Efendi; illustrator, Rochman Suryana. - Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, 2009.
Geografi: Untuk Kelas XII SMA/MA/Penulis
Ani Anjayani, Tri Haryanto; Editor H. A. Sudibyakto, Sutikno; Ilustrator
Suhardi dkk-Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Geografi 3 : untuk SMA dan MA Kelas XII / disusun, Nurmala Dewi;
editor, Sugeng Setyono.— Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional, 2009.
"Perpres No. 6 Tahun 2011". 17 Februari 2011. Diakses pada 23
Mei 2011.